Beranda | Artikel
Ciri-Ciri Golongan Yang Selamat
Senin, 31 Oktober 2022

Bersama Pemateri :
Ustadz Abdullah Taslim

Ciri-Ciri Golongan Yang Selamat adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Minhaj Al-Firqah an-Najiyah wa ath-Tha’ifah Al-Manshurah. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abdullah TaslimM.A. pada Sabtu, 3 Rabi’ul Akhir 1444 H / 29 Oktober 2022 M.

Ciri-Ciri Golongan Yang Selamat

Kita yakin bahwa petunjuk yang dibawa Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah petunjuk yang sempurna. Oleh karena itu golongan yang selamat selalu berusaha mempelajari petunjuk Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Yaitu dengan mereka mengkaji ayat-ayat Al-Qur’an berdasarkan makna yang benar, Al-Qur’an ditafsirkan dengan ayat Al-Qur’an lain kemudian ditafsirkan dengan hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang memang Allah perintahkan kepada beliau untuk menjelaskan makna Al-Qur’an kepada umat ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

… وَأَنزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

“Dan Kami turunkan kepadamu peringatan (Al-Qur’an) agar engkau jelaskan kepada manusia (wahai Rasulullah) apa yang telah diturunkan kepada mereka.” (QS. An-Nahl[16]: 44)

Makanya berpegang teguh dengan metode beragama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam artinya berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan Sunnah. Karena Al-Qur’an diturunkan sekaligus penjelasannya yang itu dijelaskan di dalam hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang shahih. Makanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bersabda:

أَلَا إِنِّي أُوتِيتُ الْقُرْآنَ وَمِثْلَهُ مَعَهُ

“Ketahuilah sesungguhnya diturunkan kepadaku Al-Qur’an dan yang semisalnya bersamanya (yaitu hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam).” (HR. Ahmad)

Makanya perkara ini termasuk prinsip dasar Sunnah yang dicantumkan oleh Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullahu Ta’ala dalam kitab Ushul as-Sunnah: “Dan bahwasanya Sunnah inilah yang menjelaskan makna Al-Qur’an dan Sunnah merupakan dalil-dalil (argumentasi) yang menunjukkan makna ayat-ayat Al-Qur’an.”

Oleh karena itulah di sini kita pastikan orang yang tidak belajar hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan riwayat-riwayat para sahabat, pasti dia akan tersesat memahami agama. Orang yang mengingkari Sunnah berarti dia mengingkari Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an yang memerintahkan kita untuk mengambil penjelasan tentang maknanya yang benar dari Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Kemudian mereka selalu berpegang teguh dengan metode pemahaman para sahabat. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala jadikan para sahabat sebagai pendamping Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang dipilih di antara umat ini untuk membawa agama Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana yang mereka terima dan pelajari dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Dalam sebuah atsar yang shahih, Ibnu Mas’ud Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhu mensifati para sahabat sebagai:

قوم اختارهم الله لصحبة نبيه وإقامة دينه، فاعرفوا لهم فضلهم، واتبعوهم في آثارهم

“Mereka adalah orang-orang yang dipilih oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menyertai Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan untuk menegakkan agamaNya. Maka kenalilah keutamaan mereka dan ikutilah jejak-jejak mereka.”

Inilah para sahabat yang jalan mereka direkomendasikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai jalan yang diridhaiNya, di dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ…

“Orang-orang yang pertama dan terdahulu masuk Islam dari kalangan sahabat Muhajirin dan Anshar, setelah itu orang-orang yang mengikuti jalan mereka dengan kebaikan, mereka inilah orang-orang yang Allah ridha kepada mereka dan mereka ridha kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala…” (QS. At-Taubah[9]: 100)

Jadi ciri-cirinya golongan yang selamat adalah mereka selalu mengikuti metode beragama para sahabat Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhum Ajma’in dalam beragama sepeninggal Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Para sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah orang yang langsung berguru kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Mereka langsung menyaksikan ketika ayat-ayat Al-Qur’an diturunkan dan dijelaskan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sehingga dengan sebab ini Allah Subhanahu wa Ta’ala merekomendasikan keimanan mereka yang benar. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَكَيْفَ تَكْفُرُونَ وَأَنتُمْ تُتْلَىٰ عَلَيْكُمْ آيَاتُ اللَّهِ وَفِيكُمْ رَسُولُهُ…

“Bagaimana mungkin kalian menjadi kufur padahal di hadapan kalian dibacakan ayat-ayat Allah dan di kalangan kalian ada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam?” (QS. Ali ‘Imran[3]: 101)

Orang yang menyertai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah hamba-hamba Allah pilihan. Makanya para ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah sepakat mengatakan bahwa para sahabat semua orang-orang yang terpercaya. Ketika mereka menyampaikan hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka yang mereka sampaikan pasti benar dan jujur (tidak perlu diperiksa lagi). Adapun yang datang setelah para sahabat, baik itu tabi’in atau atba’ut tabi’in atau yang datang setelahnya, maka semua harus diperiksa dulu apakah dia terpercaya, jujur, amanah dan tidak keliru dalam menyampaikan riwayat?

Kalau para sahabat disepakati oleh para ulama adalah orang-orang yang terpercaya. Karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang merekomendasikan mereka. Ketika beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda di hadapan para sahabat:

لِيُبَلِّغ الشَّاهِدُ مِنْكُمُ الْغَائِبَ

“Hendaknya orang-orang yang hadir di antara kamu menyampaikan kepada yang tidak hadir.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ini menunjukkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memuji mereka sebagai penyampai agama Allah Subhanahu wa Ta’ala yang terpercaya. Karena tidak mungkin beliau menyuruh para sahabat Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhum Ajma’in menyampaikan kepada generasi setelah mereka kalau mereka ini adalah orang-orang yang tertuduh tidak menyampaikan sesuai dengan apa yang mereka dengar atau menambah-nambah atau mengurangi. Ini jelas tidak ada pada mereka karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mempercayakan mereka untuk membawa agama Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana yang mereka dengarkan dan pelajari dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada generasi yang datang setelah mereka.

Yang mana metode beragama mereka ini adalah Al-Qur’anul Karim yang Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan kepada RasulNya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjelaskan kepada para sahabatnya di dalam hadits-hadits yang shahih. Sampai Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan bahwa orang-orang kafir kalau ingin mendapatkan hidayah, maka mereka harus mengikuti keimanan para sahabat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَإِنْ آمَنُوا بِمِثْلِ مَا آمَنتُم بِهِ فَقَدِ اهْتَدَوا ۖ وَّإِن تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا هُمْ فِي شِقَاقٍ…

“Kalau mereka itu mau beriman seperti keimanan yang kalian miliki (wahai para sahabat), maka sungguh mereka telah mendapatkan petunjuk. Tapi kalau mereka berpaling maka tidak lain mereka itu ada di dalam perpecahan…” (QS. Al-Baqarah[2]: 137)

Jadi perpecahan terjadi ketika orang-orang berpaling dari metode pemahaman para sahabat Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhum Ajma’in yang mereka adalah sebaik-baik umat yang direkomendasikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan RasulNya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan kaum muslimin untuk berpegang teguh dengan keduanya (Al-Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman para sahabat), Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

تَرَكْتُ فِيكُمْ شَيْئَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُمَا : كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّتِي وَلَنْ يَتَفَرَّقَا حَتَّى يَرِدَا عَلَيَّ الْحَوْضَ

“Aku tinggalkan pada kalian dua pusaka yang kalian tidak akan tersesat selama berpegang teguh dengan keduanya, yaitu Al-Qur’an dan Sunnahku. Keduanya tidak akan terpisah sampai datang kepadaku di telagaku pada hari kiamat nanti.”

Sebagian dari para ulama menjelaskan makna “keduanya tidak akan terpisah”, maksudnya selalu saling menafsirkan dan saling menjelaskan. Oleh karena itu orang-orang yang paham tentang Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, pasti mereka yang paling paham terhadap makna Al-Qur’an. Umar bin Khattab mengatakan:

فإن أصحاب السنن أعلم بكتاب الله

“Sesungguhnya orang yang memahami Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dialah yang paling paham tentang makna Kitabullah.”

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak penjelasan yang penuh manfaat ini..

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/52313-ciri-ciri-golongan-yang-selamat/